Gaya hidup mobile saat ini sudah dirasakan oleh banyak lapisan masyarakat. Gadget macam Blackberry, iPhone, Android atau yang paling mutakhir iPad tentu sudah tidak asing lagi bagi kita semua. Nah berikut beberapa daftar aplikasi FREE pilihan lifehacks.web.id untuk menunjang produktifitas anda.
1. iMindMap
Anda pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah mind mapping, sebuah tool yang digunakan untuk memetakan pikiran atau memekarkan ide-ide yang menari di kepala untuk dijabarkan pada sebuah media tulis.
Nah, jika anda pengguna iPhone/iPod Touch, anda bisa menikmati aplikasi gratis buatan Tony Buzan bernama iMindMap. Anda bisa menjabarkan ide-ide anda diamana dan kapan saja.
2. Google Mobile App
Siapa yang tak kenal dengan Google? dari yang semula sebagai mesin pencarian di dunia internet, sampai saat ini sudah menghadirkan fasilitas produktifitas seperti docs, calender, mail, sync dll akan sangat membantu kinerja kita terutama dalam sinkronisasi jadwal dan dokumen.
3. iClickr Lite
Sering melakukan presentasi di hadapan klien? aplikasi ini sangat berguna sebagai pasangan dari Microsoft Power Point. Aplikasi ini akan menjadikan iPhone anda sebagai wireless remote untuk slide yang anda tampilkan, so, anda bisa dengan leluasa dalam melakukan presentasi.
4. Documents 2 Free
Bingung dengan mahalnya applikasi mobile office yang ada saat ini? padahal anda hanya membutuhkan untuk mengedit dokumen tersebut. Anda bisa memanfaatkan aplikasi gratis ini. Support banyak format dokumen, bisa untuk create dan edit dokumen word dan excel serta terkoneksi dengan Google Apps.
Itulah empat aplikasi pilihan kami, anda punya pilihan lain?
Sabtu, 08 Februari 2014
Jadilah Pelita
Posted By: Dani - 17.37
Pada suatu malam, seorang buta berpamitan pulang dari rumah sahabatnya. Sang sahabat membekalinya dengan sebuah lentera pelita.
Orang buta itu terbahak berkata: “Buat apa saya bawa pelita? Kan sama saja buat saya! Saya bisa pulang kok.”
Dengan lembut sahabatnya menjawab, “Ini agar orang lain bisa melihat kamu, biar mereka tidak menabrakmu.”
Akhirnya orang buta itu setuju untuk membawa pelita tersebut. Tak berapa lama, dalam perjalanan, seorang pejalan menabrak si buta.
Dalam kagetnya, ia mengomel, “Hei, kamu kan punya mata! Beri jalan buat orang buta dong!”
Tanpa berbalas sapa, mereka pun saling berlalu.
Lebih lanjut, seorang pejalan lainnya menabrak si buta.
Kali ini si buta bertambah marah, “Apa kamu buta? Tidak bisa lihat ya? Aku bawa pelita ini supaya kamu bisa lihat!”
Pejalan itu menukas, “Kamu yang buta! Apa kamu tidak lihat, pelitamu sudah padam!”
Si buta tertegun..
Menyadari situasi itu, penabraknya meminta maaf, “Oh, maaf, sayalah yang ‘buta’, saya tidak melihat bahwa Anda adalah orang buta.”
Si buta tersipu menjawab, “Tidak apa-apa, maafkan saya juga atas kata-kata kasar saya.”
Dengan tulus, si penabrak membantu menyalakan kembali pelita yang dibawa si buta. Mereka pun melanjutkan perjalanan masing-masing.
Dalam perjalanan selanjutnya, ada lagi pejalan yang menabrak orang buta kita.
Kali ini, si buta lebih berhati-hati, dia bertanya dengan santun, “Maaf, apakah pelita saya padam?”
Penabraknya menjawab, “Lho, saya justru mau menanyakan hal yang sama.”
Senyap sejenak.
secara berbarengan mereka bertanya, “Apakah Anda orang buta?”
Secara serempak pun mereka menjawab, “Iya.,” sembari meledak dalam tawa.
Mereka pun berupaya saling membantu menemukan kembali pelita mereka yang berjatuhan sehabis bertabrakan.
Pada waktu itu juga, seseorang lewat. Dalam keremangan malam, nyaris saja ia menubruk kedua orang yang sedang mencari-cari pelita tersebut. Ia pun berlalu, tanpa mengetahui bahwa mereka adalah orang buta.
Timbul pikiran dalam benak orang ini, “Rasanya saya perlu membawa pelita juga, jadi saya bisa melihat jalan dengan lebih baik, orang lain juga bisa ikut melihat jalan mereka.”
Pelita melambangkan terang kebijaksanaan. Membawa pelita berarti menjalankan kebijaksanaan dalam hidup. Pelita, sama halnya dengan kebijaksanaan, melindungi kita dan pihak lain dari berbagai aral rintangan (tabrakan!).
Si buta pertama mewakili mereka yang terselubungi kegelapan batin, keangkuhan, kebebalan, ego, dan kemarahan. Selalu menunjuk ke arah orang lain, tidak sadar bahwa lebih banyak jarinya yang menunjuk ke arah dirinya sendiri. Dalam perjalanan “pulang”, ia belajar menjadi bijak melalui peristiwa demi peristiwa yang dialaminya. Ia menjadi lebih rendah hati karena menyadari kebutaannya dan dengan adanya belas kasih dari pihak lain. Ia juga belajar menjadi pemaaf.
Penabrak pertama mewakili orang-orang pada umumnya, yang kurang kesadaran, yang kurang peduli. Kadang, mereka memilih untuk “membuta” walaupun mereka bisa melihat.
Penabrak kedua mewakili mereka yang seolah bertentangan dengan kita, yang sebetulnya menunjukkan kekeliruan kita, sengaja atau tidak sengaja. Mereka bisa menjadi guru-guru terbaik kita. Tak seorang pun yang mau jadi buta, sudah selayaknya kita saling memaklumi dan saling membantu.
Orang buta kedua mewakili mereka yang sama-sama gelap batin dengan kita. Betapa sulitnya menyalakan pelita kalau kita bahkan tidak bisa melihat pelitanya. Orang buta sulit menuntun orang buta lainnya. Itulah pentingnya untuk terus belajar agar kita menjadi makin melek, semakin bijaksana.
Orang terakhir yang lewat mewakili mereka yang cukup sadar akan pentingnya memiliki pelita kebijaksanaan.
Sudahkah kita sulut pelita dalam diri kita masing-masing? Jika sudah, apakah nyalanya masih terang, atau bahkan nyaris padam? JADILAH PELITA, bagi diri kita sendiri dan sekitar kita.
Sebuah pepatah berusia 25 abad mengatakan: Sejuta pelita dapat dinyalakan dari sebuah pelita, dan nyala pelita pertama tidak akan meredup. Pelita kebijaksanaan pun, tak kan pernah habis terbagi.
Bila mata tanpa penghalang, hasilnya adalah penglihatan. Jika telinga tanpa penghalang, hasilnya adalah pendengaran. Hidung yang tanpa penghalang membuahkan penciuman. Fikiran yang tanpa penghalang hasilnya adalah kebijaksanaan.
Sumber: Emotivasi
Orang buta itu terbahak berkata: “Buat apa saya bawa pelita? Kan sama saja buat saya! Saya bisa pulang kok.”
Dengan lembut sahabatnya menjawab, “Ini agar orang lain bisa melihat kamu, biar mereka tidak menabrakmu.”
Akhirnya orang buta itu setuju untuk membawa pelita tersebut. Tak berapa lama, dalam perjalanan, seorang pejalan menabrak si buta.
Dalam kagetnya, ia mengomel, “Hei, kamu kan punya mata! Beri jalan buat orang buta dong!”
Tanpa berbalas sapa, mereka pun saling berlalu.
Lebih lanjut, seorang pejalan lainnya menabrak si buta.
Kali ini si buta bertambah marah, “Apa kamu buta? Tidak bisa lihat ya? Aku bawa pelita ini supaya kamu bisa lihat!”
Pejalan itu menukas, “Kamu yang buta! Apa kamu tidak lihat, pelitamu sudah padam!”
Si buta tertegun..
Menyadari situasi itu, penabraknya meminta maaf, “Oh, maaf, sayalah yang ‘buta’, saya tidak melihat bahwa Anda adalah orang buta.”
Si buta tersipu menjawab, “Tidak apa-apa, maafkan saya juga atas kata-kata kasar saya.”
Dengan tulus, si penabrak membantu menyalakan kembali pelita yang dibawa si buta. Mereka pun melanjutkan perjalanan masing-masing.
Dalam perjalanan selanjutnya, ada lagi pejalan yang menabrak orang buta kita.
Kali ini, si buta lebih berhati-hati, dia bertanya dengan santun, “Maaf, apakah pelita saya padam?”
Penabraknya menjawab, “Lho, saya justru mau menanyakan hal yang sama.”
Senyap sejenak.
secara berbarengan mereka bertanya, “Apakah Anda orang buta?”
Secara serempak pun mereka menjawab, “Iya.,” sembari meledak dalam tawa.
Mereka pun berupaya saling membantu menemukan kembali pelita mereka yang berjatuhan sehabis bertabrakan.
Pada waktu itu juga, seseorang lewat. Dalam keremangan malam, nyaris saja ia menubruk kedua orang yang sedang mencari-cari pelita tersebut. Ia pun berlalu, tanpa mengetahui bahwa mereka adalah orang buta.
Timbul pikiran dalam benak orang ini, “Rasanya saya perlu membawa pelita juga, jadi saya bisa melihat jalan dengan lebih baik, orang lain juga bisa ikut melihat jalan mereka.”
Pelita melambangkan terang kebijaksanaan. Membawa pelita berarti menjalankan kebijaksanaan dalam hidup. Pelita, sama halnya dengan kebijaksanaan, melindungi kita dan pihak lain dari berbagai aral rintangan (tabrakan!).
Si buta pertama mewakili mereka yang terselubungi kegelapan batin, keangkuhan, kebebalan, ego, dan kemarahan. Selalu menunjuk ke arah orang lain, tidak sadar bahwa lebih banyak jarinya yang menunjuk ke arah dirinya sendiri. Dalam perjalanan “pulang”, ia belajar menjadi bijak melalui peristiwa demi peristiwa yang dialaminya. Ia menjadi lebih rendah hati karena menyadari kebutaannya dan dengan adanya belas kasih dari pihak lain. Ia juga belajar menjadi pemaaf.
Penabrak pertama mewakili orang-orang pada umumnya, yang kurang kesadaran, yang kurang peduli. Kadang, mereka memilih untuk “membuta” walaupun mereka bisa melihat.
Penabrak kedua mewakili mereka yang seolah bertentangan dengan kita, yang sebetulnya menunjukkan kekeliruan kita, sengaja atau tidak sengaja. Mereka bisa menjadi guru-guru terbaik kita. Tak seorang pun yang mau jadi buta, sudah selayaknya kita saling memaklumi dan saling membantu.
Orang buta kedua mewakili mereka yang sama-sama gelap batin dengan kita. Betapa sulitnya menyalakan pelita kalau kita bahkan tidak bisa melihat pelitanya. Orang buta sulit menuntun orang buta lainnya. Itulah pentingnya untuk terus belajar agar kita menjadi makin melek, semakin bijaksana.
Orang terakhir yang lewat mewakili mereka yang cukup sadar akan pentingnya memiliki pelita kebijaksanaan.
Sudahkah kita sulut pelita dalam diri kita masing-masing? Jika sudah, apakah nyalanya masih terang, atau bahkan nyaris padam? JADILAH PELITA, bagi diri kita sendiri dan sekitar kita.
Sebuah pepatah berusia 25 abad mengatakan: Sejuta pelita dapat dinyalakan dari sebuah pelita, dan nyala pelita pertama tidak akan meredup. Pelita kebijaksanaan pun, tak kan pernah habis terbagi.
Bila mata tanpa penghalang, hasilnya adalah penglihatan. Jika telinga tanpa penghalang, hasilnya adalah pendengaran. Hidung yang tanpa penghalang membuahkan penciuman. Fikiran yang tanpa penghalang hasilnya adalah kebijaksanaan.
Sumber: Emotivasi
Mining Expo 2014: Kenali Dunia Pertambangan Lebih Dalam
Posted By: Dani - 15.58BANDUNG, itb.ac.id - Himpunan Mahasiswa Teknik Pertambangan (HMT) ITB melalui rangkaian acara Indonesian Students Mining Competition (ISMC) IX dan South East Asian Students Mining Competition (SEASMC) I menyelenggarakan Mining Expo 2014 yang dilaksanakan pada Jumat hingga Sabtu (07-08/02/14) bertempat di Lapangan Basket Campus Centre Barat ITB.
Mining Expo 2014 ini mengusung tema "Mining for Development" dengan menghadirkan perusahaan ternama yang bergerak di bidang pertambangan serta beberapa instansi dan departemen pemerintah terkait.
"Ide utama diadakannya Mining Expo ini ialah muncul spekulasi yang tidak sesuai terkait dengan informasi pertambangan, sehingga ISMC-SEASMC menargetkan supaya masyarakat mengerti akan seluk-beluk dunia tersebut," tutur Alfonsus Liguori Wahyu Wardhana (Teknik Pertambangan 2010) selaku ketua pelaksana ISMC-SEASMC.
"Ide utama diadakannya Mining Expo ini ialah muncul spekulasi yang tidak sesuai terkait dengan informasi pertambangan, sehingga ISMC-SEASMC menargetkan supaya masyarakat mengerti akan seluk-beluk dunia tersebut," tutur Alfonsus Liguori Wahyu Wardhana (Teknik Pertambangan 2010) selaku ketua pelaksana ISMC-SEASMC.
Selain itu, kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan dunia pertambangan kepada masyarakat secara luas, mulai dari tahap eksplorasi hingga proses pasca pertambangan (reklamasi). Perusahaan serta instansi yang ikut berpartisipasi antara lain:
- PT Agincourt Resources,
- PT Rekabumi,
- PT Atlas Copco Nusantara,
- PT Cipaganti Heavy Equipment,
- PT Sania Bara Consulting,
- PT Bhumi Rantau Energi,
- PT Draco Indonesia,
- PT Cokal,
- PT Dunia Survei,
- PT Mancaniga Teknik,
- Museum Geologi,
- Kementrian Energi dan
- Sumber Daya Mineral (ESDM) Indonesia
- PT Rekabumi,
- PT Atlas Copco Nusantara,
- PT Cipaganti Heavy Equipment,
- PT Sania Bara Consulting,
- PT Bhumi Rantau Energi,
- PT Draco Indonesia,
- PT Cokal,
- PT Dunia Survei,
- PT Mancaniga Teknik,
- Museum Geologi,
- Kementrian Energi dan
- Sumber Daya Mineral (ESDM) Indonesia
Uniknya, melalui acara Mining Expo 2014, tim dari PT Agincourt Resources atau lebih dikenal dengan 'G-Resources' tersebut menyelenggarakan E-Coaching Jam (ECJ) yang dirancang khusus untuk mendukung penyelenggaraan acara ISMC-SEASMC . ECJ merupakan wadah komunikasi yang membimbing dan memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk melengkapi pengetahuan akademisi dengan pengalaman dan keahlian praktis-aplikatif di dunia kerja.
Pada Mining Expo 2014 ini, ECJ dilaksanakan secara tatap muka langsung dengan para ahli pertambangan dari G-Resources. "Langkah ini dirasa penting untuk mahasiswa lantaran mereka membutuhkan gambaran di dunia kerja, ECJ sendiri kedepannya akan dilaksanakan secaraonline melalui surat elektronik," tutur Ratna Novianti selaku panitia divisi Sponsorship & Event Management Superintendent dari G-Resources.
"Kedepannya, kami mengharapkan supaya masyarakat mendukung sektor pertambangan, sebab sektor ini memang memegang peranan yang cukup penting," tambah Alfonsus. Selain menghadirkan perusahaan dan instansi pemerintah, Mining Expo 2014 kali ini turut menyelenggarakan band competition khusus untuk siswa tingkat SMA se-Kota Bandung.
"Kedepannya, kami mengharapkan supaya masyarakat mendukung sektor pertambangan, sebab sektor ini memang memegang peranan yang cukup penting," tambah Alfonsus. Selain menghadirkan perusahaan dan instansi pemerintah, Mining Expo 2014 kali ini turut menyelenggarakan band competition khusus untuk siswa tingkat SMA se-Kota Bandung.
Selain meramaikan acara, lomba ini sendiri bertujuan untuk mengajak siswa SMA tersebut mengenal dunia pertambangan melalui Mining Expo 2014. ISMC-SEASMC sendiri juga mengadakan perlombaan di bidang tambang untuk tingkat mahasiswa se-Asia Tenggara dan paper competition untuk mahasiswa tingkat nasional yang masih berlangsung hingga Minggu (09/02/14).
Sumber: ITB.ac.id
Meminum Miras Oplosan, 4 Anak Muda Tewas
Posted By: Dani - 15.37CIREBON- Empat anak muda tewas setelah meminum minuman keras (Miras) Oplosan di Cirebon, Jawa Barat. Miras oplosan itu diduga jenis ciu dan lotion khusus untuk kulit.
Petugas identifikasi Polresta Cirebon di lokasi kejadian mendapati sejumlah botol miras yang sudah dalam kondisi kosong dan sebuah bungkus lotion kulit, Kamis (6/2/2014).
Empat korban tewas diketahui bernama Jaenar dan Yudi Wijaya, Warga Kangraksan Selatan, Kota Cirebon. Saat ini jenazah korban masih tersimpan di kamar mayat Rumah Sakit Gunung Djati Cirebon.
Sementara dua rekan lainya yakni Awal, Warga Winangun, Kanoman, langsung dibawa keluarganya pulang setelah sebelumnya sempat masuk ke unit gawat darurat. Sedangkan korban lainnya saat ini identitasnya belum diketahui.
Polisi hingga kini masih mengecek dan meminta keterangan saksi saks untuk mengetahui pasti penyebab tewasnya para korban. Sejumlah saksi mengaku, korban tewas memang dikenal kerap melakukan pesta miras di rumahnya dan sudah berlangsung lama.
Petugas juga masih memburu pedagang miras oplosan untuk mengetahui jenis secara pasti minuman yang dikonsumsi para korban. (Sindo TV / Miftahudin / kem)
Sumber: Okezone
Langganan:
Postingan (Atom)